Bandung (BMBPSDM) – Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, memberikan pesan kuat dan reflektif saat menghadiri perayaan Dies Natalis ke-57 Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Kamis (17/4/2025). Dalam acara bertema “Menapaki Globalisasi, Merajut Masa Depan Unggul dan Kompetitif,” Menag menekankan pentingnya integrasi antara kemajuan ilmu pengetahuan dan pelestarian nilai-nilai moral berbasis ajaran Islam.
Dalam sambutannya, Menag menyampaikan bahwa era globalisasi membawa peluang sekaligus tantangan besar bagi dunia pendidikan Islam. Ia mengingatkan agar perguruan tinggi keagamaan Islam tidak larut dalam semangat modernitas yang kering dari nilai. Menurutnya, Islam mengajarkan prinsip moderasi, di mana ilmu dan akhlak tidak boleh dipisahkan. “Kita harus menghindari dikotomi tajam antara globalisasi dan tradisi. Islam mengajarkan moderasi, di mana ilmu pengetahuan dan moralitas harus berjalan beriringan,” ujarnya di hadapan sivitas akademika UIN Bandung.
Lebih lanjut, Menag menyoroti sejarah peradaban Islam yang pernah mengalami masa kejayaan, namun kemudian mengalami kemunduran akibat ketidakseimbangan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan pengabaian terhadap etika. “Ketika peradaban Islam abad pertengahan terlalu fokus pada kegemilangan sains tetapi melupakan etika, keruntuhan pun terjadi. Ini pelajaran berharga bagi kita,” tambahnya. Menag pun mengingatkan bahwa pengajaran agama tidak boleh terjebak pada rutinitas formal semata. Agama, menurutnya, hadir untuk menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan, kedamaian, dan keberlanjutan lingkungan.
Ia menyoroti pentingnya pendekatan ekoteologi sebagai bagian dari manifestasi ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Islam, kata Menag, harus mampu menjadi solusi bagi krisis lingkungan global. Dalam konteks itu, ia menyambut baik komitmen UIN Bandung dalam mengembangkan pendekatan Islam yang ramah lingkungan, dan mendorong agar kampus ini tampil sebagai pionir dalam membumikan ekoteologi di lingkungan akademik.
Dalam sambutan tersebut, Menag juga menyampaikan rencana perluasan program Istiqlalisasi—yakni inisiatif penguatan Islam moderat Indonesia ke level internasional—ke wilayah Amerika Latin. Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki tanggung jawab strategis dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan inklusif ke dunia, dan UIN Bandung diharapkan aktif berkontribusi dalam misi tersebut.
Menag juga mengenang dan memberikan apresiasi terhadap warisan intelektual Prof. Anwar Musaddad, pendiri UIN Bandung dan kakek dari Guru Besar UIN Bandung, Muhammad Ali Ramdhani. Menurutnya, Prof. Musaddad adalah tokoh penting dalam pembangunan tradisi keilmuan Islam yang moderat di Indonesia. Ia bahkan mendorong agar nama beliau diusulkan sebagai pahlawan nasional atas kontribusinya dalam dunia pendidikan Islam.
Sambutan Menag ditutup dengan ajakan kepada seluruh sivitas akademika untuk terus membangun peradaban yang tidak hanya unggul dalam sains, tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai spiritual dan moral. Ia berharap UIN Bandung dapat terus menjadi pelopor dalam menyuarakan Islam yang membawa kedamaian, ilmu, dan cinta pada alam semesta. (a)