Surabaya (BDK Surabaya) — Sebanyak 120 peserta CPNS Kementerian Agama yang mengikuti Latsar dari BDK Surabaya bersama peserta dari BDK Medan dan Banjarmasin mengikuti pembekalan daring dari Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T., Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM), pada Selasa, 15 Juli 2025.
Dalam pemaparannya, Prof. Dhani menegaskan bahwa ASN Kementerian Agama harus mampu menjalankan tiga peran strategis: membangun kerukunan umat beragama, menghadirkan kemaslahatan bagi masyarakat, dan menciptakan kecerdasan kehidupan bangsa. Untuk menjalankan tugas besar ini, ASN Kemenag perlu menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Menurutnya, keberhasilan bukan datang dari satu sosok hebat, tetapi dari kerja sama tim yang solid. “Yang paling hebat bukanlah superman, tapi super team,” tegasnya.
Lebih lanjut, Prof. Dhani menyampaikan bahwa pengembangan kompetensi ASN menjadi tanggung jawab serius BMBPSDM. Ia mengajak para peserta Latsar untuk senantiasa meningkatkan kapasitas diri dan terus belajar. Dalam konteks ini, ia menyampaikan pesan mendalam yang menginspirasi seluruh peserta, “Orang yang terpelajar adalah pemilik masa lalu, tapi orang yang terus belajar adalah pemilik masa depan.”
Prof. Dhani juga menekankan pentingnya mengenal diri sendiri sebagai dasar membangun hubungan spiritual dan sosial yang baik. Ia mengutip pepatah bijak, “Man arafa nafsahu, arafa rabbahu,” yang berarti siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. Manusia, menurutnya, adalah makhluk berakal yang dinilai bukan hanya dari kepandaiannya, tetapi dari bagaimana ia menggunakan akalnya dengan bijaksana dalam kehidupan sosial.
Dalam membentuk kompetensi ASN, Prof. Dhani menjelaskan bahwa ada tiga unsur yang saling terkait, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap (attitude). Ketiganya menjadi dasar kebiasaan baik yang terbentuk dari proses pembelajaran yang sistematis dan terus menerus. Pendidikan dan pelatihan seperti Latsar menjadi sarana penting untuk menggali dan menyempurnakan ketiganya.
Ia juga menekankan pentingnya tiga bentuk kecerdasan utama yang harus dimiliki ASN, yaitu kecerdasan intelektual, emosional, dan fisik. Kecerdasan intelektual berkaitan dengan kemampuan berpikir logis dan kritis; kecerdasan emosional adalah kemampuan memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi serta membangun hubungan yang harmonis; sementara kecerdasan fisik berhubungan dengan kemampuan menjaga kebugaran tubuh karena “di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat.” Ketiga kecerdasan tersebut saling melengkapi dan menjadi penopang utama dalam meningkatkan kinerja dan sikap profesional ASN di mata masyarakat.
Tak kalah penting, Prof. Dhani juga mengajak seluruh ASN Kemenag untuk membangun dan menjaga kecerdasan spiritual, yang menurutnya menjadi akar dari karakter ASN Kemenag. Kecerdasan spiritual adalah kesadaran hubungan seorang manusia dengan Tuhannya yang akan mendorong seseorang untuk bekerja dengan hati, bersikap bijak, serta senantiasa membawa manfaat bagi sesama. “Semakin dekat seseorang dengan Tuhannya, semakin baik pula hubungannya dengan manusia,” ujarnya.
Sebagai penutup, Prof. Dhani mengingatkan bahwa tugas ASN Kemenag tidaklah ringan karena menyangkut pelayanan publik yang berlandaskan nilai-nilai moral dan keagamaan. Karena itu, pelatihan dan pendidikan menjadi kunci untuk mencetak ASN yang kuat secara karakter dan kompetensi. Ia juga mengingatkan pentingnya menghidupkan budaya 7S di lingkungan Kemenag, yakni sapa, salam, sopan, santun, senyum, semangat, dan syukur, sebagai cermin dari ASN yang memiliki adab dan pelayanan yang humanis.
Melalui pembekalan ini, diharapkan para CPNS tidak hanya memahami peran dan tanggung jawabnya, tetapi juga menyadari bahwa menjadi ASN Kemenag adalah bentuk pengabdian mulia yang harus dijalani dengan ilmu, akhlak, dan spiritualitas yang seimbang.
Penulis: Alia