Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag.—yang akrab disapa Prof. Inung—adalah sosok pemimpin yang menggabungkan keteduhan, karisma, dan ketajaman visi. Berbekal pengalaman panjang di dunia pendidikan dan keagamaan, mulai dari Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama hingga Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sunan Ampel Surabaya, beliau dikenal sebagai figur yang dekat dengan generasi muda, aktif di kegiatan sosial, dan tak pernah lelah menjadi fasilitator di berbagai forum, termasuk acara Gus Durian. Di balik kesibukannya, Prof. Inung adalah penyuka musik klasik, pengisi pengajian, dan penulis produktif yang membagikan inspirasi melalui tulisan-tulisannya. Kini, sebagai Sekretaris Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenag RI, beliau terus menebarkan pesan-pesan inspiratif dengan pembawaan santai namun penuh wibawa, membangkitkan semangat ASN untuk cerdas, rukun, dan maslahat.
Dalam kesempatan Latsar CPNS Kementerian Agama RI yang digelar BDK Surabaya, Prof. Inung hadir bukan sekadar memberi ceramah, tetapi menyalakan api semangat para peserta. Dengan bahasa yang sederhana namun mengena, beliau mengajak 160 CPNS untuk menanamkan mindset moderasi beragama sebagai pondasi kerja ASN Kemenag. “ASN Kemenag itu pemimpin umat, maka tugas utamanya adalah pelayanan yang cerdas, rukun, dan maslahat,” tegasnya. Ia menekankan bahwa moderasi beragama bukan sekadar jargon, melainkan sikap nyata yang membentuk cara pandang, tutur kata, dan perilaku sehari-hari dalam melayani masyarakat. Pesan ini disampaikan dengan gaya khasnya yang santai, diselipi cerita inspiratif, dan membuat suasana forum hangat sekaligus memotivasi.
Dalam pemaparannya, Prof. Inung menekankan bahwa ASN Kemenag tidak hanya mengemban tugas administratif, tetapi juga mengemban misi kebangsaan, yakni menjaga kerukunan umat beragama. “ASN Kemenag harus menjadi perekat, bukan pemecah. Kita adalah garda depan yang memastikan nilai-nilai moderasi beragama hadir di setiap layanan yang kita berikan,” tegasnya.
Ia menguraikan bahwa moderasi beragama bukan sekadar jargon atau program pemerintah, melainkan sikap hidup yang harus tercermin dalam perilaku sehari-hari ASN. Moderasi beragama, menurutnya, berlandaskan empat indikator utama: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap tradisi lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Lebih lanjut, Prof. Inung menjelaskan bahwa ASN Kemenag memiliki peran unik karena bekerja langsung dengan masyarakat lintas agama, suku, dan budaya. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi yang inklusif dan sikap empatik menjadi modal penting. “ASN Kemenag harus mampu menjadi contoh dalam mempraktikkan nilai-nilai agama yang rahmatan lil ‘alamin,” imbuhnya.
Prof. Inung juga mengajak para peserta Latsar untuk memanfaatkan masa pelatihan ini sebaik mungkin, tidak hanya untuk memahami regulasi dan sistem kerja birokrasi, tetapi juga membangun karakter dan integritas sebagai pelayan publik. Ia menekankan bahwa orientasi pelayanan publik harus menjadi napas ASN, diiringi dengan inovasi dan keterbukaan terhadap perkembangan zaman.
Menutup sesi pembekalan, Prof. Inung memberikan apresiasi atas antusiasme peserta yang aktif bertanya dan berdiskusi. Ia berharap setelah lulus Latsar, para CPNS mampu mengimplementasikan ilmu dan nilai yang diperoleh, sehingga kehadiran mereka di tengah masyarakat membawa manfaat dan menjadi teladan moderasi beragama.
Penulis: Alya