Dalam upaya membangkitkan kesadaran spiritual di lingkungan aparatur sipil negara (ASN), Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya kembali menyelenggarakan Kajian Kitab Ayyuhal Walad, karya Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar yang dijuluki Hujjatul Islam. Kegiatan ini digelar di ruang widyaiswara BDK Surabaya dan dihadiri oleh para widyaiswara serta sejumlah pegawai internal pada Kamis (8/5/25).
Mushollin, salah satu widyaiswara senior BDK Surabaya yang memandu kajian tersebut, menyampaikan pesan-pesan mendalam dari kitab yang berbentuk nasihat seorang guru kepada muridnya. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya keterpaduan antara ilmu dan amal dalam kehidupan seorang Muslim, terutama bagi ASN yang menjadi teladan masyarakat.
“Ilmu tanpa amal itu kegilaan. Sedangkan amal tanpa ilmu, tertolak. Ketahuilah, setiap ilmu yang tidak menjauhkanmu dari maksiat dan tidak mendekatkanmu kepada Allah, maka kelak ia tidak akan menyelamatkanmu dari api neraka,” tegas Mushollin mengutip ajaran Imam Ghazali.
Ia juga mengingatkan tentang penyesalan manusia di akhirat yang terekam dalam Al-Qur’an:
“Kembalikan aku ke dunia, aku akan beramal saleh!” Namun Allah menjawab melalui para malaikat: “Bukankah kamu telah datang dari sana?”
Pesan tersebut merujuk pada ayat dalam Surah Al-Mu’minun (23:99–100), yang menyiratkan betapa pentingnya amal yang ikhlas di kehidupan sekarang sebelum semuanya terlambat.
Kegiatan ini bukan hanya menggugah kesadaran spiritual, tetapi juga mempererat komitmen ASN dalam menjadikan ilmu agama sebagai landasan moral dan etika dalam menjalankan tugas negara.
“Barangsiapa mengamalkan ilmunya,” lanjut Mushollin, “maka Allah akan membuka untuknya pintu-pintu ilmu yang sebelumnya tidak ia ketahui.” Ungkapan ini merujuk pada keajaiban ilmu yang diamalkan, sebagaimana dijelaskan dalam penutup Ayyuhal Walad.
Kitab Ayyuhal Walad karya Imam Ghazali memang bukan kitab berjilid-jilid, namun kandungan pesannya melintasi zaman. Ia mengajarkan bahwa keselamatan tidak diukur dari banyaknya hafalan, tetapi dari keikhlasan dalam pengamalan. Dalam dunia ASN, pesan ini menjadi sangat relevan: profesionalisme harus bersanding dengan integritas dan spiritualitas.
Kajian ini diharapkan menjadi pemantik semangat pembelajaran berkelanjutan di kalangan aparatur kementerian agama dan menjadikan Al-Ghazali bukan sekadar nama dalam sejarah, tapi ruh yang hidup dalam etika kerja dan pelayanan publik.