Semangat persatuan dan nilai-nilai kebangsaan menggema kuat dalam apel pagi Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya yang diikuti seluruh pegawai. Dalam sambutannya, Rudi Hariyono memberikan pesan mendalam tentang pentingnya memperkuat tiga pilar ukhuwah — ukhuwah insaniyah, ukhuwah islamiyah, dan ukhuwah wathaniyah — sebagai pondasi karakter bangsa yang harus terus dijaga dan ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya tertarik pada tausiyah Menteri Agama yang berbicara tentang ukhuwah. Kita tahu bahwa ukhuwah itu ada ukhuwah insaniyah dan ukhuwah bashoriyah. Maka kita bisa bicara tentang kemanusiaan, di mana kita lahir dari Adam dan Hawa. Biasanya manusia itu menyukai tentram dan damai,” ujar Rudi di hadapan seluruh peserta apel.
Ia menekankan bahwa ukhuwah insaniyah menjadi dasar bagi semangat kemanusiaan universal, yang kemudian diimplementasikan oleh Kementerian Agama melalui kurikulum cinta — sebuah pendekatan pendidikan berbasis kasih sayang, nilai damai, dan toleransi.
Selanjutnya, Rudi menggarisbawahi pentingnya ukhuwah islamiyah, yaitu persaudaraan antarumat Islam yang lahir dari keyakinan dan aqidah yang sama. Persatuan dalam umat, menurutnya, menjadi kunci dalam menjaga harmoni sosial di tengah perbedaan.
Sementara itu, ukhuwah wathaniyah, atau persaudaraan kebangsaan, menjadi elemen penting dalam merawat keutuhan Indonesia sebagai negara yang plural. Rudi mencontohkan, mengenalkan anak-anak kepada hari-hari bersejarah nasional, memahami nilai-nilai sejarah, serta mengimplementasikan semangat kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari, adalah bagian penting dari membentuk warga negara yang sadar identitas dan cinta tanah air.
Pernyataan ini disampaikan Rudi Hariono dalam apel pagi yang dilaksanakan pada Senin (19/5/2025), dan mendapat sambutan hangat dari seluruh peserta. Pesan yang disampaikan tidak hanya relevan bagi pegawai Kementerian Agama, tetapi juga menjadi pengingat penting bagi seluruh elemen masyarakat akan pentingnya membangun bangsa melalui nilai-nilai ukhuwah dan pendidikan karakter.
BDK Surabaya pun kembali menunjukkan perannya sebagai motor penggerak transformasi nilai-nilai moderasi beragama dan kebangsaan dalam dunia pendidikan keagamaan. Upaya ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat ketahanan moral dan spiritual masyarakat Indonesia di era modern.