Sebuah langkah nyata dalam penguatan kapasitas masyarakat berbasis keagamaan dilakukan oleh Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya melalui program pelatihan blended learning yang ditutup secara serentak di empat kabupaten pada Sabtu (24/5/2025). Kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen Kementerian Agama dalam menjawab tantangan era digital tanpa meninggalkan akar nilai-nilai lokal.
Pelatihan berlangsung selama tujuh hari, menggabungkan pembelajaran daring (14–17 Mei 2025) dan luring (22–24 Mei 2025), menjangkau empat wilayah strategis. Di Pacitan, Pelatihan Manajemen Pondok Pesantren ditutup oleh Mutongin. Di Banyuwangi dan Sumenep, Pelatihan Keluarga Sakinah masing-masing ditutup oleh Chaironi Hidayat dan Abdul Wasid. Sementara di Bondowoso, Pelatihan Manajemen Kemasjidan ditutup oleh Danang Eka Sandi.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi media peningkatan kompetensi, namun juga ruang kolaboratif antar peserta untuk bertukar gagasan, menyelaraskan praktik keagamaan dengan kebutuhan masyarakat modern, serta memperkuat peran tokoh agama dan kelembagaan Islam di akar rumput.
“Melalui model blended learning ini, kami berharap para alumni pelatihan mampu menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing. Mereka tidak hanya dibekali teori, tetapi juga strategi implementatif yang relevan dengan konteks lokal,” ujar salah satu pemateri pelatihan.
Dengan semakin kompleksnya tantangan sosial dan spiritual di tengah masyarakat, pendekatan kolaboratif seperti ini diyakini menjadi solusi strategis dalam membumikan nilai-nilai keagamaan yang moderat, adaptif, dan solutif.