Surabaya (6/8/2025) — Profesionalisme tanpa integritas, menurut Drs. H. Sruji Bahtiar, M.M., tak ubahnya bangunan megah tanpa fondasi. ASN bisa saja memiliki gelar akademik tinggi, mahir teknologi, dan piawai menyusun laporan, tetapi jika tidak jujur, tidak bertanggung jawab, dan tidak berpihak pada nilai-nilai kebaikan, maka semua pencapaian itu hanya sebatas ilusi.
“Profesionalisme penting, tetapi integritas adalah yang menjadikan profesi ini bermakna,” tegas Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur itu saat memberi pembekalan dalam Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS Kemenag Gelombang 6 di BDK Surabaya, Rabu (6/8).
Pernyataan tersebut menjadi penekanan penting bagi 160 peserta Latsar yang hadir, bahwa integritas bukan sekadar kata pertama dalam urutan lima nilai budaya kerja ASN Kementerian Agama—melainkan landasan utama yang menopang seluruh perilaku ASN. Tanpa integritas, seluruh nilai lainnya tak memiliki kekuatan substansi.
“Kalau integritasnya rendah, maka sehebat apapun profesionalismenya, secemerlang apapun inovasinya, akan tetap mudah tergoda untuk melakukan pelanggaran seperti korupsi, pungli, atau gratifikasi,” ujarnya mengingatkan.
Setelah integritas melekat kuat, kualitas lain dalam diri ASN akan tumbuh menyertainya. Salah satunya adalah kemampuan untuk bekerja secara profesional, yakni memahami tugas dan fungsi secara menyeluruh, melaksanakan pekerjaan dengan efektif, serta terus meningkatkan kapasitas diri seiring perkembangan zaman. ASN dituntut hadir bukan sekadar secara fisik, melainkan mampu memberikan solusi dan kontribusi yang nyata dalam pelayanan publik.
Sikap terbuka terhadap perubahan dan keberanian berinovasi juga menjadi bagian penting dari karakter ASN masa kini. Inovasi bukan berarti menciptakan sesuatu yang sepenuhnya baru, tetapi bagaimana menyederhanakan proses, mempermudah akses, dan meningkatkan kualitas layanan dengan cara-cara yang kreatif dan berdampak.
Namun profesionalisme dan inovasi saja belum cukup. Rasa tanggung jawab yang tinggi menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan publik. ASN yang bertanggung jawab tidak mencari alasan saat terjadi masalah, tetapi hadir sebagai bagian dari penyelesaiannya.
Dan dari semua nilai yang dibentuk, keteladanan menjadi wajah akhir yang tampak oleh masyarakat. ASN Kementerian Agama dituntut bukan hanya bekerja dengan baik, tetapi juga menjadi panutan—dalam sikap, tutur kata, maupun integritas personal. Dari sanalah kepercayaan tumbuh, dan martabat profesi ASN terjaga.
“Bukan jabatan yang membuat Anda terhormat, tetapi karakter dan dedikasi Anda. Bangunlah karier di atas fondasi integritas yang kokoh. Dari sanalah kepercayaan publik akan tumbuh,” pungkas Sruji.
Penulis: Dewi