Di tengah dinamika zaman yang terus berubah, Kementerian Agama menempatkan kualitas ASN sebagai fondasi utama pembangunan. Dalam Pelatihan Manajemen Pembelajaran Madrasah Diniyah (Madin) yang diadakan BDK Surabaya secara daring pada Selasa, 20 Mei 2025, Muhammad Ali Ramdhani menegaskan bahwa ASN yang berdampak adalah jembatan menuju masyarakat yang berdaya dan Indonesia yang lebih maju. Kepala BDK Surabaya, Japar hadir dan mendampingi jalannya kegiatan sebagai moderator.
“Agama bukan hanya ruang pikir atau penghayatan, tetapi harus hadir nyata melalui tindakan. ASN Kemenag harus bisa menjadi penggerak, menghadirkan dampak langsung bagi kualitas hidup masyarakat, baik dalam pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi,” tegasnya.
Penegasan tersebut kemudian dikaitkannya dengan arah kebijakan Kementerian Agama yang menurutnya selalu diselaraskan dengan visi besar pembangunan nasional. Ia menyampaikan bahwa untuk mewujudkan cita-cita tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki budaya kerja yang kuat dan berakar pada nilai-nilai agama.
“Ketika kita bicara skala prioritas, maka untuk mengawal proses pembangunan nasional ini diperlukan sumber daya yang andal di Kemenag. Dan untuk menciptakan sumber daya yang andal, maka dibentuklah budaya kerja agar dapat memberikan dampak juga pada lingkungannya,” ungkapnya.
Dalam pemaparan yang penuh semangat itu, Ali Ramdhani menggarisbawahi pentingnya misi kelembagaan yang harus terus dihidupkan dalam keseharian ASN. Ia menyebut tiga kata kunci utama yang harus menjadi arah gerak: menciptakan kerukunan, membangun kemaslahatan, dan mencerdaskan kehidupan beragama. Ketiganya, menurutnya, adalah pondasi menuju Indonesia Emas 2045, dengan agama sebagai kekuatan transformasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ia menambahkan bahwa visi tersebut kemudian dijabarkan secara konkret melalui tiga misi utama Kementerian Agama, yaitu menciptakan kerukunan dan kemaslahatan umat, menghadirkan pendidikan agama dan keagamaan yang unggul, ramah, dan terintegrasi, serta membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Semuanya, menurut beliau tidak bisa dilepaskan dari peran ASN sebagai penggerak yang harus mampu menjawab tantangan zaman.
Menanggapi tantangan global dan nasional yang terus berkembang, Ali Ramdhani menekankan bahwa moderasi beragama menjadi pendekatan strategis untuk menjaga keseimbangan antara nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Ia mengajak para ASN untuk lebih berani menyuarakan nilai kasih sayang di ruang-ruang pendidikan.“Terapkanlah kurikulum berbasis cinta, khususnya di lingkungan pendidikan keagamaan, agar nilai kasih sayang dan empati tertanam sejak dini,” pesannya.
Di sisi lain, ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap isu lingkungan yang menurutnya tidak bisa dipisahkan dari kesadaran keagamaan. Ia menyinggung pentingnya ekoteologi atau kesadaran spiritual dalam menjaga alam, karena dalam pandangannya, krisis iklim saat ini merupakan buah dari rusaknya hubungan manusia dengan alam. “Kecintaan pada alam adalah bagian dari doktrin agama kita,” ujarnya lugas.
Sebagai penutup, menekankan bahwa ASN Kemenag harus menjadikan nilai-nilai integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung jawab, dan keteladanan sebagai bagian dari budaya kerja yang hidup. Nilai-nilai ini, menurutnya, tidak boleh berhenti pada level administratif semata, melainkan harus menjadi cermin nyata dari pengabdian ASN terhadap bangsa dan agama. Ia menegaskan bahwa pengabdian ASN bukanlah pekerjaan biasa, melainkan panggilan untuk membawa manfaat seluas-luasnya bagi kehidupan umat dan kemajuan Indonesia.
Pelatihan ini sendiri diikuti oleh 35 peserta dari Kabupaten Bangkalan dan berlangsung selama tujuh hari dengan metode blended learning. Kehadiran para peserta ini menunjukkan semangat tinggi dalam meningkatkan kapasitas diri dan memperkuat peran strategis Madin sebagai pilar pendidikan keagamaan di daerah.