Kecerdasan Artifisial (AI) hadir bukan untuk menggantikan guru, melainkan menjadi alat yang memperkuat peran mereka dalam proses pembelajaran. Hal ini disampaikan oleh Zainul Arief, widyaiswara Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya, dalam Webinar Seri ke-7 bertema Smart Teachers, Smarter Tools: Pemanfaatan Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) dalam Pembelajaran, yang digelar secara daring pada Kamis (31/7).
“Kecerdasan Artifisial bukan untuk mengganti peran guru, tetapi justru memperkuat peran dan mempermudah pekerjaan guru,” tegas Zainul dalam paparannya. Ia menekankan bahwa pemanfaatan AI harus diiringi dengan penguatan pemahaman pedagogis agar guru tetap menjadi aktor utama dalam transformasi pendidikan.
Dalam penjelasannya, Zainul juga menyoroti pentingnya harmonisasi kurikulum informatika dan KKA di madrasah. “Di kelas 7 MTs hingga kelas 10 MA, mata pelajaran informatika adalah wajib. Guru perlu memastikan agar tidak ada materi yang berulang, khususnya dalam elemen berpikir komputasional (BK) dan literasi digital (LD),” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa untuk kelas 11 dan 12 MA, informatika dan KKA sama-sama merupakan mata pelajaran pilihan. Oleh karena itu, pendidik dituntut jeli agar tidak terjadi tumpang tindih materi. “Jika keduanya diambil di satu madrasah, maka guru harus memastikan bahwa elemen seperti algoritma dan pemrograman (AP) maupun analisis data tidak diulang antara dua mapel tersebut,” paparnya.
Zainul juga menyampaikan bahwa AI dapat menjadi pintu masuk inovasi dalam dunia pendidikan. “AI menawarkan peluang luar biasa bagi guru untuk menciptakan bahan ajar yang lebih inovatif, personal, dan efisien,” jelasnya. Namun ia mengingatkan bahwa pemanfaatan AI harus dilakukan secara etis dan bijak.
Webinar ini turut menghadirkan dua narasumber lain. Wahyu Ari Jatmiko dari BBPMP Provinsi Jawa Timur membahas implementasi KKA di satuan pendidikan umum. Sementara Miftahul Falah, widyaiswara BDK Semarang, memaparkan integrasi AI dan koding dari perspektif pedagogi serta pengetahuan konten guru. “Guru perlu menguasai TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) agar mampu mengelola AI dan coding tidak hanya secara teknis, tapi juga pedagogis,” ujar Falah.
Ratusan peserta yang terdiri dari guru madrasah, widyaiswara, dan pemangku kepentingan pendidikan dari seluruh Indonesia turut berpartisipasi aktif dalam webinar ini. Melalui kegiatan ini, BDK Surabaya menunjukkan komitmennya untuk terus mendorong guru menjadi agen perubahan di era digital.
Penulis: Mutia