Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya resmi membuka Pelatihan Blended Learning Metodologi Pembelajaran bagi guru Raudhatul Athfal (RA) di Kabupaten Lamongan. Kegiatan ini merupakan hasil optimalisasi anggaran yang diselenggarakan bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lamongan.
Pembukaan digelar secara daring melalui Zoom Meeting pada Senin (1/9/2025). Laporan panitia penyelenggara disampaikan oleh Ketua Panitia Pelatihan, Abdul Qohar, sebelum acara dibuka secara resmi oleh Kepala BDK Surabaya, Japar.
Dalam sambutannya, Japar menekankan pentingnya menjaga semangat dan konsistensi dalam mendidik di tengah berbagai tantangan bangsa. “Saya mengajak seluruh peserta untuk terus berdoa, tetap optimis, dan tidak mudah terprovokasi dengan situasi yang ada di Indonesia saat ini. Guru adalah ujung tombak pendidikan, maka kompetensi dan keteladanan menjadi kunci utama,” tegasnya.
Pelatihan ini menggunakan sistem blended learning dengan dua tahapan, yakni sesi daring pada 1–4 September 2025 dan sesi klasikal pada 9–11 September 2025. Untuk sesi klasikal, kegiatan dipusatkan di Kantor Pengurus Cabang LP Ma’arif NU Kabupaten Lamongan.
Sebanyak 40 guru RA terpilih mengikuti pelatihan ini. Materi utama berfokus pada metodologi pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan keberagaman karakter siswa. Program ini juga selaras dengan kebijakan Menteri Agama tentang kurikulum berbasis cinta, yakni mendorong tumbuhnya peserta didik yang cinta kepada Tuhan, sesama, lingkungan, serta bangsa dan negara.
Konsep “kurikulum cinta” yang diintegrasikan dengan pembelajaran mendalam diharapkan membuat proses belajar lebih menyenangkan, bermakna, dan penuh kesadaran. Selain menekankan aspek intelektual (IQ), pelatihan ini juga diarahkan untuk membangun keseimbangan dengan kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ).
Japar menambahkan, “Melalui pelatihan ini, kami ingin membekali para guru agar mampu mendidik dengan penuh kasih sayang, membangun suasana belajar yang ramah anak, serta menanamkan nilai-nilai Islami yang berkarakter. Dengan begitu, generasi mendatang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan cinta tanah air.”
Penulis: Mutia