
Surabaya (BDK Surabaya) – “Sebagai ASN, kecerdasan saja tidak cukup untuk menjamin keberhasilan.” Pesan itu disampaikan Plt. Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya sekaligus Kasubbag TU, Dr. H. Muslimin, M.M., saat menutup kegiatan Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS Gelombang VI Angkatan 19–22 pada Kamis dan Jumat pekan lalu (23–24 Oktober 2025) di Aula BDK Surabaya.
Dalam arahannya, Dr. Muslimin menegaskan bahwa kunci keberhasilan seorang ASN tidak hanya terletak pada kecerdasan intelektual, melainkan juga pada integritas dan akhlak yang baik. Ia menukil hasil berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ), sedangkan 80 persen lainnya ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ).
“Banyak orang cerdas gagal dalam karier bukan karena tidak mampu, tapi karena tidak berintegritas dan tidak memiliki sikap yang baik,” ujarnya di hadapan peserta.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa ASN Kementerian Agama memiliki peluang besar untuk berkembang, baik di jalur fungsional seperti guru, dosen, dan penyuluh, maupun struktural. Namun, peluang itu hanya bisa diraih oleh mereka yang disiplin, berkomitmen, dan terus belajar.
“ASN muda hari ini sangat mungkin menjadi pimpinan di masa depan. Jadikan masa Latsar ini sebagai pijakan untuk membangun karakter ASN yang berintegritas dan siap melayani,” pesan Dr. Muslimin.
Ia juga menyoroti nikmat dan keistimewaan menjadi ASN, mulai dari lingkungan kerja yang kondusif, gaji dan tunjangan yang terjamin, hingga kesempatan peningkatan kompetensi yang difasilitasi penuh oleh negara. Karena itu, ASN dituntut untuk membalas kepercayaan tersebut dengan kinerja dan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
“Kita bukan pegawai perusahaan yang mencari keuntungan materi. Kita pelayan publik. Output kita adalah pelayanan yang berkualitas dan memudahkan masyarakat,” tegasnya.
Dr. Muslimin juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik, sikap ramah, dan pelayanan yang solutif, serta mengajak peserta untuk menjauh dari budaya birokrasi yang berbelit dan mempersulit.
Selain aspek pelayanan, ia mengingatkan bahwa ASN juga wajib mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan. Terutama bagi guru dan dosen, yang memiliki peran ganda sebagai pendidik sekaligus teladan.
“Belajar tidak berhenti setelah menjadi ASN. Masyarakat memandang ASN Kementerian Agama sebagai figur yang paham agama dan menjadi rujukan dalam kehidupan beragama. Maka, pendidikan agama dan akhlak harus terus diperkuat,” imbuhnya.
Menutup arahannya, Dr. Muslimin mengajak seluruh peserta untuk menjaga integritas, meningkatkan profesionalitas, dan memperkokoh semangat pengabdian.
“Mari menjadi ASN yang tidak hanya cerdas, tapi juga berakhlak, kompeten, dan membawa keberkahan bagi semua,” tutupnya disambut tepuk tangan peserta.
Penutupan ini menjadi momen reflektif bagi peserta Latsar CPNS Gelombang VI Angkatan 19–22, yang selama beberapa minggu telah menempuh proses pembelajaran mulai dari tahap MOOC, habituasi, hingga klasikal. Harapannya, nilai-nilai dasar ASN yang tertanam selama pelatihan dapat menjadi bekal nyata dalam menjalankan tugas pelayanan publik di satuan kerja masing-masing.
Penulis: Alia