Surabaya — Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya kembali menggelar apel pagi rutin pada Senin (23/6/25), yang kali ini sarat dengan nilai-nilai spiritual dan karakter ASN. Bertempat di halaman kantor BDK Surabaya, Mamik Syafa’ah, widyaiswara senior yang dikenal aktif dalam pengembangan karakter dan etika ASN, bertugas sebagai pembina apel.
Dalam amanatnya, Mamik mengangkat tema “IKHLAS”, sebuah nilai yang tak hanya menjadi fondasi dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi pilar penting dalam membentuk integritas aparatur negara. Mengupas makna ikhlas dari sudut bahasa, istilah agama, hingga implementasi konkret dalam kehidupan ASN, beliau menyampaikan pentingnya menjalani tugas dengan hati yang bersih dan niat yang murni semata-mata karena Allah SWT.
“Ikhlas adalah ketika seseorang melakukan amal tanpa mengharapkan pujian, balasan, atau pengakuan, tetapi hanya mengharap ridho Allah SWT,” tegas Mamik dalam pidatonya yang disambut dengan penuh perhatian oleh seluruh peserta apel.
Tak sekadar retoris, Mamik memformulasikan nilai-nilai IKHLAS dalam akronim yang mengandung filosofi mendalam:
I – Integritas: Komitmen terhadap kejujuran, transparansi, dan konsistensi antara ucapan dan perbuatan.
K – Komitmen: Ketekunan dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas demi kebaikan publik.
H – Humanis: Sikap empatik, penuh kasih, dan menghargai sesama tanpa memandang latar belakang.
L – Lillah: Bekerja karena Allah SWT, menjadikan tugas sebagai bentuk ibadah.
A – Amanah: Tanggung jawab dan kepercayaan yang dijaga sepenuh hati.
S – Sabar: Ketabahan dalam menghadapi tantangan dan dinamika kerja birokrasi.
Lebih lanjut, Mamik menguatkan nilai-nilai tersebut dengan landasan dari Al-Qur’an dan Hadits. Misalnya, nilai Integritas dikaitkan dengan QS. Al-Ahzab: 70 tentang berkata benar, dan hadits riwayat Muslim tentang pentingnya kejujuran. Nilai Lillah, ditekankan dalam QS. Al-Bayyinah: 5, menjadi dasar spiritual dalam meluruskan niat bekerja.
“Nilai-nilai ini bukan hanya teori. Jika diterapkan, ASN bisa menjadi motor pelayanan publik yang beretika, berkarakter, dan diridhai Allah SWT,” ucap Mamik, mengajak para ASN menjadikan pekerjaannya sebagai ladang amal.
Salah satu poin yang paling menggugah adalah pentingnya ASN bersikap humanis. Dalam era pelayanan publik yang menuntut kecepatan dan ketepatan, Mamik menekankan bahwa sikap empatik, peduli, dan ramah adalah kunci sukses birokrasi melayani masyarakat.
Ciri ASN humanis, menurutnya, mencakup empati, komunikasi efektif, menghargai perbedaan, serta tahan terhadap tekanan. “Pelayanan tidak cukup dengan aturan dan prosedur. Diperlukan hati yang peduli, agar masyarakat merasa dilayani, bukan dipersulit,” ujarnya.
Nilai-nilai IKHLAS yang dibumikan dalam kehidupan ASN ini diharapkan tak hanya menjadi jargon semata, tetapi benar-benar membentuk pribadi abdi negara yang unggul, profesional, dan religius. Dalam penutup amanatnya, Mamik mengajak seluruh ASN untuk tidak sekadar bekerja, tetapi mengabdi dengan hati.
Apel pagi tersebut menjadi momentum reflektif sekaligus inspiratif. Nilai-nilai IKHLAS yang disampaikan bukan hanya untuk direnungkan, tetapi untuk ditanamkan dan diwujudkan dalam setiap lini tugas aparatur negara.
Dengan pendekatan spiritual, humanis, dan profesional seperti ini, BDK Surabaya menunjukkan langkah konkret dalam mendukung reformasi birokrasi berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa dan ajaran agama. Sebuah langkah kecil dari Surabaya, namun dengan semangat besar untuk Indonesia yang lebih ikhlas dan berintegritas.
Penulis: Mutia Rifda