Jakarta, 2025 — Kementerian Agama RI meraih penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) atas keberhasilannya menyelenggarakan Bimbingan Manasik Haji Nasional secara hybrid, sebuah terobosan monumental yang mempertemukan peserta secara daring dan luring dalam skala besar.
Acara ini berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, dengan partisipasi langsung sebanyak 1.500 peserta, serta diikuti secara daring dari lebih 500 titik lokasi di seluruh Indonesia, dengan total peserta daring mencapai 141.139 orang. Jumlah ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa dari masyarakat serta peningkatan komitmen terhadap pembinaan calon jemaah haji dari tahun ke tahun.
Dalam arahannya, Menteri Agama RI mengajak seluruh calon jemaah untuk memaknai manasik haji tidak hanya sebagai pemenuhan aspek fiqh atau tata cara ibadah semata, tetapi juga sebagai proses pendalaman ruhani dan transformasi pribadi. Ia mengingatkan bahwa haji yang mabrur akan selalu diterima (maqbul), karena membawa perubahan nyata dalam akhlak dan sensitivitas sosial seseorang.
“Tidak semua yang maqbul itu mabrur, tapi semua yang mabrur pasti maqbul,” ujarnya penuh makna.
Tahun ini menjadi semakin istimewa karena bertepatan dengan pelaksanaan Haji Akbar, yakni wukuf di Arafah yang jatuh pada hari Jumat. Dalam tradisi Islam, hari tersebut diyakini memiliki keutamaan setara 70 kali haji biasa, di mana doa-doa dikabulkan dan ampunan Allah dicurahkan.
“Gunakan momen Haji Akbar ini untuk memperbanyak doa, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga untuk keluarga, bangsa, dan umat manusia,” pesan Menteri Agama.
Dalam sesi tausiyahnya, Prof. Nasaruddin Umar turut memberikan perspektif spiritual tentang ibadah haji. Ia menyoroti pentingnya menjadikan haji sebagai bagian dari misi kekhalifahan manusia di bumi, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an dan hadits Qudsi. Ia juga menekankan bahwa Allah mencintai dialog, dan bahwa haji merupakan dialog tertinggi antara hamba dan Tuhannya.
Mengangkat kisah Kakbah sebagai pusat pertobatan pertama di bumi, Nasaruddin menjelaskan bahwa ritual tawaf mencerminkan gerakan malaikat di langit yang mengelilingi Baitul Ma’mur. Ia menambahkan bahwa meskipun Hajar Aswad kini hanya tersisa sebagian kecil karena sejarah pencurian, kesuciannya tetap utuh dan penuh makna.
Pemikiran Ibnu Arabi dalam Futuhat al-Makkiyah juga disinggung, menyatakan bahwa pahala 100.000 kali lipat tidak hanya berlaku di sekitar Kakbah, tetapi mencakup seluruh Tanah Haram.
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi, di antaranya Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji Dahnil Anzar Simanjuntak, Dirjen PHU Hilman Latief, serta pimpinan dari BSI, Kemenkes, dan para pejabat eselon II Kemenag dari seluruh Indonesia. Turut bergabung pula para tenaga ahli, staf khusus, dan jemaah haji Indonesia yang mengikuti secara daring dan luring.
Melalui kegiatan bimbingan manasik haji nasional ini, diharapkan para calon jemaah tidak hanya siap secara teknis dan syar’i, tetapi juga mengalami perubahan spiritual yang mendalam, sehingga mampu menggapai derajat haji yang mabrur, khususnya dalam momen penuh berkah Haji Akbar tahun ini. (a)