Surabaya – Kementerian Agama (Kemenag) terus menggelorakan semangat humanisasi pendidikan melalui gagasan inovatif “Kurikulum Berbasis Cinta” (KBC). Inisiatif ini kembali diperkuat dalam webinar bertajuk Desain Pembelajaran Kurikulum Berbasis Cinta Seri 5 yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan Surabaya pada Kamis (19/6/25).
KBC hadir sebagai respons terhadap krisis kemanusiaan dan dehumanisasi yang kian nyata di berbagai lini kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Dalam sambutannya selaku keynote speaker, Moh. Rifqi Rahman menekankan urgensi penguatan nilai-nilai cinta dalam kurikulum. “KBC sangat perlu untuk diimplementasikan karena kita sedang menghadapi tantangan yang merujuk pada dehumanisasi,” tegasnya.
Webinar ini juga menghadirkan tiga narasumber kompeten. Moh. Sodiq membuka diskusi dengan menekankan bahwa transformasi kurikulum tak berarti meninggalkan yang lama, namun melengkapi dan memperkaya. “Tidak perlu risau kurikulum baru berubah total. Justru yang sudah kita kumpulkan selama proses belajar harus tetap dijaga, dengan mengadopsi hal-hal baru seperti pembelajaran mendalam dan kurikulum berbasis cinta,” jelasnya.
Selanjutnya, Ida Safiaturrahma memaparkan strategi konkret implementasi pendidikan karakter di madrasah. Ia menekankan pentingnya pendekatan yang terencana dan menyeluruh. “Madrasah harus merencanakan implementasi pendidikan karakter secara sistematis,” ujar Ida. “Langkah-langkahnya dimulai dari pembentukan tim inti, dilanjutkan dengan sosialisasi dan workshop, analisis konteks madrasah, hingga penyusunan rencana implementasi kurikulum, pengembangan materi ajar, sumber belajar, serta instrumen evaluasi.”
Menutup sesi, Ani Nur Hidayati mengulas lebih dalam tentang bentuk dan metode insersi KBC dalam praktik pendidikan. “Kurikulum cinta menitikberatkan pada pengembangan karakter, pembelajaran berbasis pengalaman, serta perhatian mendalam terhadap aspek sosial dan emosional. Tujuannya adalah menciptakan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan menjadikan cinta sebagai prinsip dasar kehidupan,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa implementasi KBC dapat dilakukan melalui tema dan materi ajar, kegiatan intra dan ekstrakurikuler, serta penguatan aktivitas keagamaan.
Kurikulum Berbasis Cinta menjadi tonggak perubahan penting bagi dunia pendidikan di Indonesia, sekaligus jawaban atas tantangan global yang mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Gagasan ini bukan sekadar inovasi, tetapi sebuah revolusi senyap yang menempatkan cinta sebagai ruh utama pendidikan. Dengan pendekatan ini, Kemenag berharap lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga matang secara emosional dan spiritual.
Penulis: Mutia Rifda